Pengantar Redaksi.
Serial Berbisnis Dengan Hati
Dimulai dari artikel Bangkit dari Keterpurukan, serial Berbisnis dengan Hati dengan judul buku Strategi Memilih Agribisnis akan memberikan gambaran bagaimana memilih agribinis yang prospektif. Semoga artikel yang dinukil dari buku karya Asaka Tsani ini dapat memberikan inspirasi bisnis, terutama bidang agri.
Bangkit dari Keterpurukan
“Jika Anda mau menerima kegagalan dan
belajar darinya, jika Anda mau menganggap kegagalan merupakan sebuah karunia yang
tersembunyi dan bangkit kembali, maka Anda memiliki potensi menggunakan salah
satu sumber kekuatan paling hebat untuk meraih kesuksesan.”~ Joseph Sugarman
Menurut Andrew Ho
kehidupan kita tak akan pernah berjalan semulus yang kita pikirkan. Berbagai
macam tantangan, misalnya kehilangan pekerjaan atau orang-orang yang dicintai,
disabotase, bangkrut dan lain sebagainya, bisa saja menyeret kita dalam
keterpurukan. Bila kita melihat ke sekeliling, begitu banyak orang-orang yang
tenggelam dalam keterpurukan dan terjerat cukup lama dalam kegelapan, misalnya
menjadi pecandu narkoba, budak hutang dan kemiskinan, korupsi atau melakukan
tindak kejahatan lainnya lalu dipenjarakan, dan bentuk kemalangan lainnya.
Bila kita cukup
cerdas dalam menghadapi tantangan kehidupan, bermacam bentuk benturan keras
seperti itu seharusnya tidak membuat kita semakin terpuruk. Tantangan kehidupan
adalah kesempatan untuk introspeksi diri. Benturan keras dalam kehidupan akan
menjadikan kita lebih mulia, jika kita segera sadar atas kekeliruan yang telah
dilakukan, kelemahan yang harus diperbaiki, kembali menyusun dan melaksanakan
rencana dengan lebih baik.
“Remember the two benefits of failure.
First, if you do fail, you learn what doesn’t work; and second, the failure
gives you the opportunity to try new approach. – Ingatlah dua keuntungan yang
kita peroleh dari kegagalan. Yang pertama adalah mempelajari apa yang tidak
berjalan dengan baik; dan kedua adalah menjadi kesempatan bagi kita untuk
mencoba pendekatan baru,” kata Roger Van Oech.
Menurut Roger, tantangan kehidupan adalah
bagian dari perjalanan hidup supaya kita menjadi lebih cerdas menghadapi
tantangan kehidupan. Tokoh-tokoh terkenal dan sukses, misalnya Walt Disney,
Soichiro Honda, Thomas Edison, Wright Bros, Fred Smith, Mohamad Ali, Henry
Ford, Bill Gates, Steve Jobs, Oprah Winfrey, Christoper Columbus, Anthony
Robins, dan lain sebagainya, sudah pernah mengalami keras dan sakitnya
kehidupan. Tetapi semua
pengalaman pahit tersebut justru membimbing mereka ke gerbang kesuksesan.
Kesuksesan mereka
bukan semata-mata dipengaruhi oleh faktor pendidikan ataupun modal, apalagi
faktor kebetulan. Mereka berhasil lantaran kekuatan dan kecerdasan mereka menghadapi
tantangan kehidupan. Menurut Paul G. Stoltz, Phd, dalam bukunya berjudul Adversity
Quotient (AQ), ada tiga tipe manusia dalam analogi mendaki gunung:
1.
Quitters – orang-orang yang mudah menyerah, sehingga kehidupan mereka semakin
terpuruk dalam kemalangan.
2.
Campers – orang-orang yang mudah puas dengan apa yang sudah dicapai,
sehingga kehidupan mereka biasa-biasa saja.
3.
Climbers – orang-orang yang selalu optimis, berpikir positif dan terus
bersemangat kerja sampai benar-benar mendapatkan yang mereka inginkan.
Contoh dari tipe orang ke tiga adalah
orang-orang yang sukses di dunia ini. Selalu memanfaatkan kesempatan untuk maju
dan pulih dari keterpurukan adalah ciri khas mereka yang utama. Tak mengherankan jika mereka melalui
setiap rintangan dengan tabah, berjuang keras, dan mental yang kuat.
Tantangan
kehidupan memang tidak pernah ada habisnya. Tetapi selama kita terus berusaha
memperbaiki diri dan strategi ditambah dengan kesadaran spiritual yang lebih
dalam, maka kita akan dapat mencapai tujuan tertinggi. “Our greatest glory
is not in never falling, but in rising everytime we fail. – Kejayaan tertinggi
bukan karena kita tidak pernah jatuh, melainkan karena kita selalu bangkit lagi
ketika gagal,” cetus Confucius.
Oleh sebab itu,
perbaiki diri terus-menerus, jangan menunggu sampai kemalangan itu benar-benar
datang. Mantapkan keyakinan ketika membuat perencanaan dan menetapkan target
yang memungkinkan tercapai. Kemudian langsung melakukan langkah-langkah untuk
memastikan hasil maksimal, dengan penuh komitmen dan kerja keras, kecintaan dan
semangat. Dengan demikian kita akan memiliki kepekaan sekaligus keseimbangan di
saat harus menghadapi tantangan kehidupan yang cukup keras.
Mulai detik ini
tanyakanlah pada diri sendiri seberapa besar pengaruh positif yang telah Anda
dapatkan atas berbagai situasi yang Anda alami? Pastikan tantangan hidup selama
ini membawa Anda pada kedewasaan, kebijaksanaan dan kualitas spiritual yang
lebih baik. Dengan demikian Anda akan dapat menilai apakah Anda sudah mampu
bangkit dan menjadi manusia yang lebih mulia atau belum.
Apa yang
diungkapkan Andrew Ho sebagai obat
penawar untuk mengajak kembali masyarakat memasuki agribisnis, mengingat kasus
PT QSAR begitu menghebohkan sekaligus mengguncang para pelaku agribisnis di
tanah air.
Kalau kita mau flashback atas kasus PT QSAR, barangkali
inilah kasus piramid berjenis money game
(penggandaan uang atau juga dikenal dengan istilah ponzy scheme) yang
paling menggegerkan di Indonesia. Jumlah peserta yang menjadi korban maupun
uang yang tersangkut di dalamnya memang tidak sebesar kasus piramid di Pinrang
atau BMA di Medan. Kasus ini ‘hanya’ memakan korban 6.800 orang dengan jumlah
uang tersedot sekitar Rp 500 milyar. Walau begitu, dari sisi orang-orang
penting yang terbawa-bawa namanya, baik yang benar-benar tersangkut (terlibat)
maupun yang sekadar dicatut namanya, jumlahnya memang mencengangkan.
Inilah mega money game yang berhasil
mengelabui; mulai dari orang-orang kecil sampai para pejabat pemda, perwira
tentara, petinggi partai politik, menteri, ketua lembaga tertinggi negara,
sampai presiden dan wakilnya.
Hebatnya lagi, semula money game ini
semula diklaim dan digembar-gemborkan oleh operator dan pendukungnya sebagai
solusi terbaik bagi keterpurukan perekonomian nasional. Inilah bisnis hebat
yang akan memberi pekerjaan kepada puluhan juta orang, biaya pendidikan gratis,
dan ekonomi makmur tanpa IMF. Inilah perwujudan yang sesungguhnya dari ekonomi
kerakyatan. Sebuah solusi brilian yang dipropagandakan dalam buku berjudul Alam
Rayanomic: Pemakmur Bangsa. Dan para petinggi negara pun berebut memberikan pujian dan dukungan. Benar-benar luarbiasa!
Legitimasi Pejabat
PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) yang
berkantor pusat di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu didirikan oleh HM Ramly
Arabi SE (sekaligus sebagai presiden direktur) sekitar tahun 2001. QSAR mengaku
bergerak di bidang agrobisnis (menanam cabai, tomat, jamur, beternak sapi,
kambing, cacing, dll) dan mengundang para investor untuk menanamkan modal
dengan sistem bagi hasil.
Untuk menunjukkan keseriusannya itu, QSAR
mengklaim telah membuka berhektar-hektar perkebunan di Sukabumi dan beberapa
tempat lainnya (Bengkulu dan Makasar) serta mempekerjakan 10.000 lebih petani
penggarap dan karyawan. QSAR juga mengklaim telah bekerjasama dengan berbagai
pihak, baik di dalam maupun luar negeri.
Promosi dan kampanye besar-besaran pun
dilakukan karena tawaran hasil investasinya memang begitu menggiurkan. Banyak
pejabat, mulai dari para bupati, anggota dan pimpinan DPR/MPR, petinggi partai
politik, menteri, sampai presiden dan wakilnya diundang untuk melihat bukti
keseriusan usaha agribisnis tersebut. Kepada para investor, QSAR
terang-terangan menjanjikan bagi hasil keuntungan sebesar 10% per bulan (atau
hitung kasar; 120% per tahun) dari jumlah uang yang ditanamkan.
Tak heran jika dalam waktu singkat
orang berbondong-bondong menanamkan uangnya di PT QSAR dan sangat berharap
segera mendapatkan untung besar. Kehadiran para orang penting di atas
benar-benar menambah legitimasi dan menguatkan keyakinan orang banyak bahwa
investasi agribisnis yang ditawarkan QSAR memang oke. Orang pun tak lagi
menimbang risiko, dan melulu merindukan keuntungan sangat besar dalam waktu
sangat singkat.
Tetapi tak ubahnya kasus-kasus skema
piramid atau money game lainnya,
akhirnya QSAR runtuh dalam waktu yang tidak terlalu lama. Setelah sebelumnya berpesta dan bermanis-manis
ria dengan banyak kalangan, pada pertengahan 2002 QSAR kolaps. Antara beban yang harus dibayar dengan setoran dana segar
yang masuk dari investor baru sudah timpang sama sekali. Gembar-gembor yang
semula mendongkrak popularitas QSAR kemudian berbalik menjadi bumerang yang
mematikan. Sejak Juni 2002 sejak Polri mulai
menyidik kasus tersebut hingga Juli 2003 saat keluar putusan pengadilan, Ramli
Araby dan QSAR-nya habis menjadi bulan-bulanan media massa.
Saat QSAR muncul bersama hampir 40-an
perusahaan sejenis, beberapa pihak sebenarnya sudah mengingatkan bahayanya
bisnis semacam itu. Dalam situasi
normal saja, usaha-usaha dengan modal ratusan milyar hanya untung rata-rata
10-15 persen per tahun. Sementara QSAR yang baru beroperasi dalam situasi
ekonomi belum normal malah berani janji bagi keuntungan 10 persen per bulan. Bob Sadino, pengusaha agribisnis paling senior di
Indonesia sudah mengingatkan bahwa bisnis model bagi hasil seperti yang
dilakukan QSAR merupakan ‘pembodohan otak, pembutaan mata, penulian telinga,
dan pemberangusan mulut (Trubus, No.372/November 2002).
Boediono, Menteri Keuangan waktu itu
malah tegas-tegas menyatakan bahwa QSAR adalah bank gelap dan itu berarti
melanggar hukum (Kompas, 1/10/02). Pengakuan kalangan DPRD Kabupaten
Sukabumi, mereka telah pula memperingatkan pihak eksekutif (Pemda Sukabumi)
bahwa usaha QSAR tidaklah realistis. Peringatan tinggal peringatan.
Setelah sempat menghilang beberapa
waktu lamanya, akhirnya Ramly Arabi diseret ke meja hijau pada Juni 2002. Di
Pengadilan Negeri Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Ramli dijerat dengan tiga lapis
dakwaan, yaitu pertama; Pasal 46 ayat (1) jo ayat (2) UU No. 10 Tahun 1988 (tentang
Perbankan) jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana
tentang Perbankan yakni, melakukan praktik semacam Bank Gelap. Lapis kedua, dikenai Pasal 378
jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana tentang penipuan.
Dan lapis ketiga, dikenai Pasal 372 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 64 ayat
(1) KUHPidana mengenai penggelapan (Gatra.com, 25 Juni 2003). (Zaques, Pembelajar.com 06
Desember 2005 )
Pengalaman PT QSAR
jangan dianggap sebagai batu ganjalan kita untuk kembali menerjuni
bisnis ini, mengingat saat ini banyak sektor riil yang sedang colaps dan yang tetap eksis adalah
agribisnis. Kita harus mampu bangkit
dari keterpurukan. Jika kita tidak memulai maka selamanya kita tidak pernah
mendapat kesuksesan besar. Karena
kesuksesan besar berasal dari hal kecil.(bersambung ke tulisan kedua)
0 comments:
Post a Comment