Salah satu contohnya adalah Ibu Susi
Harti, usaha kantin ini sudah ia geluti lebih dari 20 th yang lalu. Berawal
dari mengirimkan proposal penawaran ke sebuah Sekolah Public Relation di
bilangan Sudirman, hingga kini ia memiliki 6 kantin di beberapa tempat di kota
Jakarta, dengan 3 kantin berada di daerah kampus dan 3 lainnya berada di pusat
perbelanjaan.
Ibu Susi Harti yang terkenal dengan
panggilan Ibu Utik ini pernah bekerja di salah satu Hotel di Jakarta ini, pada
awal kalinya hanya sebagai penyuplai makan untuk karyawan di Hotel tersebut.
Namun dikarenakan keuntungannya kecil sedangkan tanggung jawabnya berat, maka
usaha tersebut ia tinggalkan. Setelah itu, Ibu Utik memberanikan diri untuk
membuka kantin yang ditawarkan oleh salah satu pengelola kantin di gedung
perkantoran. Setelah membuka lebih dari 5 tahun, kantinnya memiliki
permasalahan dengan pihak pengelola.
”Pada waktu buka kantin di daerah
MT.Haryono Jakarta, usaha ini sebenarnya sudah memiliki perkembangan. Namun
akibat pergantian pimpinan pengelola kantin tersebut, kantin kami sering
dipermasalahankan karena pimpinan tersebut ingin menggantikan kantin tersebut
dengan saudaranya ” kenang pemilik dari kantin AVI dan kantin Bu Utik ini.
Akhirnya setelah vakum beberapa
tahun, Ibu Utik kembali mendapatkan tawaran untuk membuka kantin di London
School daerah Sudirman Park. Dengan ketekunannya ia berusaha untuk
mengembangkan usaha kantin ini. ” Ketika pertama kali saya menerima di kampus
London School itu, saya sudah membuat target dalam waktu 1 tahun kedepan,
minimal saya harus bisa membuka 4 outlet lainnya ” jelasnya. Hal ini
ditegaskan, jika hanya membuka 1 outlet saja belum bisa menopang kebutuhan
sehari – hari.
Untuk menu makanan dan minuman yang
ditawarkan, Ibu Utik hanya memilik produk andalan seperti : Lontong Cap Gomeh,
Gudeg Jogja, Burger, Soto, Bubur Ayam, Nasi Rames dll. Sedangkan untuk menu
minumannya Ibu Utik hanya menawarkan menu aneka juice. Karena biasanya menu
minuman sudah di tangani sendiri dari pihak pengelola, kecuali jika belum ada
maka kantin AVI ini menyediakan minuman instan seperti Kopi, Kopi Susu, Teh,
dll.
Lontong Cap Gomeh dan Gudeg Jogja
ini merupakan menu andalan dari Kantin AVI dan Kantin Bu Utik, bisa dibilang
jarang ada kantin yang menawarkan menu tersebut. ” Kita ingin menampilkan
sesuatu yang tidak dijual dengan kantin lain, sehingga kita memiliki perbedaan
sendiri ” jelasnya.
Masalah kualitas masakan merupakan
hal yang utama untuk menerima suplai makanan dari orang lain, karena hal ini
berpengaruh terhadap omset penjualan. ” Jika ada yang ingin mensuplai makanan,
maka biasanya kami test terlebih dahulu. Dan sistem pembayarannya pun tidak
langsung cash, tapi berupa konsinyasi ( jika terjual baru dibayar ) ” katanya.
Prosedur dan persyaratan untuk
mendirikan outlet kantin di foodcourt ini biasanya bergantung dari peraturan
masing – masing. Namun biasanya ada 2 jenis untuk pembayaran biaya sewa tempat.
Sistem pertama adalah pembayaran melalui pemotongan harga jual, biasanya 20%
dari harga jual adalah untuk pihak pengelola kantin. Sehingga setiap bulannya
kantin tidak menyerahkan pembayaran lagi. Sistem kedua adalah pembayaran sewa
per tahun atau per bulan, jika pertahun biaya sewanya antara 10jt – 20jt /th (
tergantung lokasi ) atau 500rb – 1jt untuk sewa per bulan.
Jika anda berminat untuk membuka
usaha kantin, sebaiknya anda perhatikan lokasi tersebut apakah ramai atau
tidak. Semakin ramai pengunjungnya maka semakin mahal biaya sewanya, selain itu
juga anda juga harus memperhatikan jenis pengunjung disini. ” Seperti kantin
saya yang berada di Carefour Ciledug, Supermarket ini sangat sepi dari
pengunjung. Kami harus bisa bertahan dengan mengantarkan makanan untuk penjaga
toko di pusat perbelanjaan ini. Dengan sistem jemput bola ini, dapat menambah
omset penjualan per harinya. Jadi kami tidak hanya menunggu pembeli di kantin
saja, tapi kami juga menyebarkan brosur untuk para penjaga toko di Supermarket
ini ” jelas Ibu Utik.
Selain hal – hal diatas,
permasalahan stok bahan baku pun jangan di remehkan, karena jika anda telah
untuk mengantisipasinya, maka anda akan kehilangan order atau pemasukan.Ibu
Utik memiliki peraturan sendiri dalam mengelola bahan baku untuk usaha kantin
ini. ” Stock bahan baku, kami memiliki 2 jenis suplier. Pertama, suplier dari
kami sendiri, kedua suplier dari orang lain. Jika suplier dari orang lain ini,
kami menerapkan sistem stock 2-3 hari. ” katanya.
Kondisi jalan dan transportasi di
Jakarta membuat kita harus benar – benar memperhitungkan masalah pengiriman dan
perjalanan menuju kantin. Sehingga Ibu Utik melakukan kerjasama dengan ojek
langganannya dalam membantu pengantaran stock bahan baku ke masing – masing
outlet. Dengan sistem pengantaran ini, maka makanan dapat tersebar ke berbagai
outletnya dalam waktu yang tepat.
”Dalam pemilihan kantin ini, saya
harus memperhatikan lokasi atau daerahnya. Ini dimaksudkan agar lebih mudah
dalam melakukan pengantaran makanan dan pengontrolan setiap outlet ” jelas Ibu
dari 5 anak ini. Untuk itu, Ibu Utik yang juga pernah berkerja sebagai Kepala
Rumah Tangga Sahid Grup, hanya menerima tawaran membuka kantin jika letak
lokasinya memiliki jalur yang sama dengan otletnya yang lain.
Ibu Utik dalam sehari bisa
mendapatkan omset Rp 150.000 – Rp 300.000. Namun jika, saat ramai pengunjung,
setiap outletnya bisa mencapai Rp 500.000 setiap hari.Dengan mengambil
keuntungan yang tidak terlalu banyak, Ibu Utik bisa mendapatkan keuntungan
10%-20% dari total omset seluruh outletnya.
Analisis
Keuangan
Omset rata - rata / hari
: Rp 150.000
(sudah termasuk pemotongan 20% untuk pengelola)
Omset rata -rata /bulan/outlet : Rp 4.500.000
Omset Total /
bln
: Rp 24.500.000
Biaya Bahan Pokok
40%
: Rp 9.800.000
Laba Kotor
: Rp 14.700.000
Biaya Operasional
Gaji 9
Karyawan
: Rp 6.000.000
Biaya Sewa
: Rp 1.500.000
Biaya
Transportasi
: Rp 1.000.000
Biaya
Listrik
: Rp 2.500.000
TOTAL
: Rp 9.000.000
Laba
Bersih
: Rp 3.200.000
(Sumber:Tim BisnisUKM)
0 comments:
Post a Comment