Moda Transportasi Rakit Layang Gantung Ala Cianjur

Written By Unknown on Wednesday, September 5, 2012 | 5:43 AM




 
Moda Transportasi Rakit  Layang  Gantung Ala Cianjur

Cianjur (pripos). Jika Anda sering melintas sebuah sungai, hanya dengan menggunakan jembatan penyeberangan  atau perahu ataupun sebuah rakit, mungkin sudah biasa. Namun lain halnya di Kabupaten Cianjur  ada sarana lintasan penyeberangan  sungai bagi warga sekitar yang cukup unik,  yakni dengan  menggunakan rakit layang gantung.

Bagi sebagian warga yang tinggal di sekitar perbatasan, yang di belah oleh Sungai Cisokan, yakni kampung panojer, Desa Sukamulya Kcamatan Sukaluyu dan  Kampung Manglid Desa Jati, Kecamatan  Bojong Picung, Kabupaten Cianjur sarana transportasi untuk melintas di sungai tersebut cukup penting.

Warga di sekitar dua  kampung tersebut, sehari-harinya jika ingin  melintasi,  hanya menggunakan satu alat transportasi yang ada di sekitar penyeberangan  Sungai Cisokan tersebut. Yakni  menggunakan sarana yang warga sebut dengan  “rakit layang gantung“.

Dengan dipandu  oleh satu orang operator bernama jalaludin (26), rakit gantung ini merupakan sarana transportasi  penyeberangan yang cukup ampuh dan unik.

Rakit layang gantung yang terbuat dari  bahan baja ini berukuran panjang dan lebar sekitar 1x 2 meter. Karena tidak terlalu lebar maka moda ini hanya bisa digunakan untuk 3 - 2 orang dan 1 orang untuk operator. Sedangkan tali lintasannya, yang panjangnya mencapai  sekitar 80 meter ini, menggunakan kawat tebal baja yang sangat kuat. Rakit gantung ini melintasi sungai, dengan  cara menggelantung di kawat dan melintas di atas Sungai Cisokan.

Ujang (35), salah seorang warga sekitar yang sering  menggunakan transportasi inimengatakan,  “Sarana transportasi rakit layang gantung ini  sangat membantu warga dalam beraktivitas untuk berangkat kerja. Biayanya pun relatif murah, yakni  hanya  Rp 1000  untuk satu kali melintas”.

Sementara menurut Jaluludin, operator rakit, “Rakit layang gantung ini  dibuat oleh pihak PLN Cirata,  dan sudah ada semenjak tahun 1985, ” tegasnya. Jalaludin menyebut pekerjaaanya ini melanjutkan pekerjaan orang tuanya yang bernama Apid (45 tahun ). 
“Warga di sekitar dua kampung ini, sering mengunakan  alat transportasi rakit gantung sebagai sarana lintas penyebrangan. Soal penumpang  dalam sehari berkisar 5-10 orang. Itupun jika ramai. Kalau lagi sepi paling hanya 2-3 orang saja dalam sehari untuk menyeberang,” ujar Jalaludin.
Jalaludin mengaku  sudah menekuni pekerjaanya ini hampir 5 tahun lamanya, dan selama menjadi operator rakit layang gantung  ia ditemani  oleh istrinya  bernama Cucu (25) dan anaknya yang bernama Ramjal (5). (arief rahman)

 

0 comments:

Post a Comment