Netty Heryawan

Written By Unknown on Wednesday, January 30, 2013 | 7:57 AM



Netty Heryawan Kagumi Para Perempuan Berdaya


Bogor—Pripos.  "Perempuan itu luar biasa. Saat tangan kanannya mengayun buaian sang anak, maka tangan kirinya mengguncang dunia.” Artinya, saat perempuan melakukan tugas keibuan mengasuh dan mendidik anak-anaknya, pada saat yang sama dia pun tengah membangun peradaban. Hal ini diungkapkan Netty Prasetyani Heryawan saat menghadiri peringatan Maulid Nabi di Desa Sasakpanjang, Tajurhalang, Bogor (26/1).
Pada kesempatan ini, Netty menghimbau 500-an kaum ibu yang hadir, untuk mengambil pelajaran dari perjuangan Rasulullah Saw. “Maulid Nabi Saw tiap 14 Rabiul Awal bukan sekadar peringatan atau ritual belaka. Semestinya kita sadar, Rasulullah diutus menjadi teladan untuk semua manusia, termasuk untuk kaum perempuan,” ujar Netty.
Di era global ini, perempuan memang harus semakin terlibat dalam pembangunan. Bukan hanya terlibat sebagai para penentu kebijakan di parlemen, terjun langsung ke masyarakat pun memiliki nilai yang tak kalah luhurnya. Malah hal ini bisa terasa langsung manfaatnya untuk masyarakat.
Rupanya Bogor telah membuktikan hal ini. Setidaknya ada dua warga perempuannya bisa berperan aktif dalam pembangunan. Dua srikandi ini adalah Ummi Waheeda dan Leony Agusetiawati. Nama pertama berkecimpung di dunia pendidikan, sedangkan nama kedua berkiprah di bidang bisnis konveksi.
Ummi Waheeda adalah istri Syekh Habib Saggaf bin Mahdi, ulama kharismatik pendiri Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman. Sepeninggal sang suami pada 2010, Ummi (panggilan akrab Ummi Waheeda) mengambil alih kepemimpinan pesantren. Di masa sekarang ini, perempuan menjadi pemimpin mungkin bukan hal yang luar biasa. Namun, kepemimpinan Ummi menjadi istimewa, karena Ummi mengelola pesantren yang memiliki sekitar 20 ribu santri.
Setiap hari, pesantren menyediakan 6 ton beras, untuk memenuhi kebutuhan pangan para santri. Lalu berapa biaya nyantri yang harus dikeluarkan 20 ribu santri ini? Tidak ada, alias gratis-tis. Sulit dipercaya, namun Ummi memang mengelola pesantren yang berlokasi di Parung, Bogor, ini tanpa memungut sepeser pun uang dari para santri.
Untuk mengakomodasi kegiatan operasional pesantren, Ummi memperoleh dana dari para donatur. “Namun, kita tidak bisa mengandalkan para donatur untuk selamanya, kita sendiri harus mandiri,” ujar perempuan kelahiran Singapura ini. Maka, Ummi dan almarhum Habib Saggaf pun menciptakan unit usaha mandiri yang dikelola para santri.
Di Al-Ashriyyah, santri tidak hanya belajar pendidikan formal dan keagamaan, tapi juga dididik kreatif secara ekonomi. Santri disebar dalam berbagai kegiatan usaha, di antaranya daur ulang sampah, produksi roti, tahu, air mineral kemasan, dan tas. Hasil dari kegiatan ini, santri tidak menjadi manja karena segala keperluannya ditanggung pesantren, dan yang lebih penting lagi, pesantren mampu menghidupi operasionalnya hingga saat ini.
Siapapun akan kagum dengan sepak-terjang Ummi, bahkan istri Gubernur Jawa Barat pun megakui hal ini. Netty Parasetyani menyatakan kekaguman dan dukungannya pada perjuangan Ummi Waheeda, saat bertemu langsung pada acara silaturahmi di Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, (26/1).
Netty menyatakan, umat Islam memang harus sukses, baik secara pendidikan, ekonomi, maupun hal lainnya. Untuk sampai pada kesuksesan itu, umat harus bisa berpikir kreatif dan mandiri. “Muslim itu harus sukses, karena ini menyangkut harga diri Islam. Dan insya Allah, dari Nurul Iman ini akan muncul pemimpin-pemimpin yang akan membawa Islam menuju kesuksesan,” ujar Netty, yang segera diamini oleh puluhan ribu santri.
Di sisi lain Bogor, ada seorang Leony Agusetiawati, pendiri lini busana Azka Syahrani. Usaha konveksi yang dibangun pada 2001, menitik-beratkan gaya etnik dan sulaman tangan pada produk busananya. Pilihan spesifikasi gaya ini ternyata memiliki misi lain. Bersama sang suami, Anwar Sanusi, Leony ingin memberdayakan para ibu rumah tangga di sekitar rumahnya, di Ciomas, Bogor.
Saat ini, Leony sekitar 90 persen karyawan Leony adalah perempuan. Kepada mereka, Leony memberi keterampilan sulam tangan. Tidak hanya itu, ibu dua anak ini mengajarkan kepada mereka, cara mencatat dan mengatur waktu antara keluarga dan bekerja. Tidak lupa, Leony juga memberi wawasan yang menyangkut pendidikan anak.
Peningkatan kualitas karyawan rupanya berpengaruh positif pada kinerja mereka. Saat ini, busana Azka Syahrani telah dipasarkan ke Malaysia dan Singapura melalui sistem keagenan. Bahkan, pada 2010 saja omset Azka Syahrani mencapai 2-4 miliar per bulan. Tentu saja ini angka fantastis untuk usaha rumahan.
Netty Prasetyani pun menilai positif gebrakan Azka Syahrani ini. “Saya mengapresiasi Azka Syahrani, karena dengan sulaman tangan tentu akan melibatkan banyak sekali pekerja,” papar Netty pada saat menghadiri Fashion Show Koleksi Azka Syahrani 2013, di Pajajaran Suites, Bogor (26/1). Netty menambahkan, ketika perempuan berkesempatan melakukan pemberdayaan ekonomi, hal ini akan berdampak luar biasa pada kebutuhan keluarganya. Dia bisa menyekolahkan anaknya, atau bisa memastikan masa depan anaknya terjamin lewat usahanya atau keterlibatannya memproduksi sebuah busana muslim. Netty pun positif dengan masa depan usahaa busana muslim, mengingat saat ini kesadaran beragama masyarakat pun semakin tinggi.
Sebagai Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Netty sangat concern pada kondisi perempuan dan anak di Jawa Barat. Jabatan ini memang melekat secara otomatis pada seorang istri kepala daerah, kendati demikian Netty Heryawan melakukan fungsinya dengan maksimal. Salah satu misi utama Netty adalah memberantas human trafficking (perdagangan manusia). Misi utama ini Netty tetapkan karena angka human trafficking di provinsi ini masih tinggi. Pada Januari-Oktober 2012 saja, tercatat 47 kasus dengan korban mencapai 56 orang (sumber: republika.co.id). 
Sebagai bentuk partisipasi langsung, Netty pernah menjemput langsung 14 anak-anak di bawah umur asal Jawa Barat, yang menjadi korban perdagangan manusia di Batam. Rupanya, banyak pihak mengapresiasi perjuangan Netty. Salah satunya adalah Kedutaan Besar Amerika Serikat(Kedubes AS) Jakarta. Pihak Kedubes AS menominasikan Netty sebagai finalis Local Heroes Indonesia Lawan Perdagangan Manusia. Dalam fan page-nya, Kedubes AS mengungkapkan, “Melalui program-program P2TP2A seluruh Jawa Barat, ratusan korban perdagangan manusia sudah dibantu dan sebagai hasil dari program pencegahan banyak warga Indonesia dilindungi.” ( PP-056 )

0 comments:

Post a Comment