Harga Tembakau di Garut Anjlok

Written By Unknown on Monday, September 3, 2012 | 9:57 PM

 
 
Di Kec.Tarogong Kaler Akibat Panen Melimpah
Harga Tembakau Anjlok
 
Garut (Pripos3/9) Sudah hampir 40 tahun lamanya sebagian besar warga masyarakat di sekitar kaki Gunung Guntur dan Gunung Putri bertani tembakau. Musim tanam biasanya diawali  bulan Januari - Maret setiap tahunnya.Daun tembakau yang sudah tua mulai bisa dipanen setelah 4-5 bulan kemudian. Yang akhirnya setiap tahun akan terjadi panen raya yaitu pada awal bulan Juli dan Agustus, sekali dalam setahun para petani tersebut bisa menikmati hasilnya.
Berbeda dengan tahun sekarang petani tidak bisa merasakan jerih payah keringatnya dikarenakan harga tembakau tua atau (Rampong) merosot tajam. Tahun kemarin saja harga jual satu pohon tembakau di kebun bisa sampai Rp 5.000 tapi sekarang 1 kg daun Rampong hanya dihargai antara Rp 1.200 – 2.000 saja. Hal ini cukup membuat para petani merasa kecewa.
Seperti diungkap Ade (60) warga Kampung Cikatel Desa Pananjung Kecamatan Tarogong Kaler. Menurutnya, dari tahun 1975 bersama-sama petani tembakau lainnya mulai menanam tembakau. Tapi baru tahun ini harga penjualan merosot tajam. 
Menurut data yang prianganpos.com himpun di daerah Gunung Guntur terkenal dengan tembakau supernya, tapi untuk panen raya tahun ini semua petani mengalami kerugian cukup besar. Hal ini disebabkan banyak petani sayur mayur yang beralih ikut menanam tembakau yang akibatnya panen kali ini   melimpah.
Seperti yang diutarakan Uju (70) warga kampung Munajat Desa Pananjung Kecamatan Tarogong Kaler. "Dari hasil tanam sekitar 4000 pohon di lahan seluas 200 tumbak, saya hanya bisa mendapatkan hasil kurang dari Rp 3 juta. Padahal sudah hampir setengahnya dipanen. Tahun kemarin saja hasil bersih yang didapat mencapai Rp 15 juta," ujarnya kepada prianganpos.com
Selain harga jual yang jauh dari biasanya Uju dengan rekan-rekan seprofesi mengambil inisiatif untuk mengerat sendiri daun tembakau (Rampong) yang sudah dipanennya meskipun pengerjaannya memerlukan biaya  cukup mahal, yakni satu orang pengerat dibayar per hari sampai Rp 40.000, belum lagi yang membereskan hasil rajangan tembakau ke dalam sasag per harinya dibayar Rp 25.000. Jika dihitung dengan makan dan lainnya seorang petani bisa menghabiskan dana sebesar Rp 100.000 untuk mendapatkan hasil tembakau yang sudah kering.  Demikian tutur Uju kepada prianganpos.com ketika ditemui di kebunnya.(Din) .
    .

0 comments:

Post a Comment